Bulan yang indah
menyinari dunia yang tenang ini. Malam hari yang dingin membuat semua
orang tertidur lelap, tetapi tidak untuk seorang anak remaja 14 tahun
yang masih belum tertidur. Dia masih berkutat dengan notebooknya yang
masih menyala, dan menampilkan layar facebook.
“kenapa kau tinggalkan aku ?” gumannya.
Anak remaja yang bernama Nasya itu sedang menangis sambil melihat foto
profil lelaki yang membuatnya mengingat kejadian tadi siang.
FLASHBACK
“…kita putus” kata seorang lelaki yang membelakangi Nasya.
“apa kamu bilang ? pu..putus ? kenapa ? Dendy, jawab aku !” kata Nasya hampir tak percaya.
“ya.. kita putus, karena aku udah bosan ma kamu. Dan sekarang… aku udah dapat cewek yang lebih menarik dari kamu” jawabnya.
END OF FLASHBACK
Ingatan itu masih terngiang di kepala Nasya, seolah tidak bisa di hapus
dari ingatannya. Tak lama ada seseorang yang mengirim pesan dari
obrolan, yang bernama profil Iqbal Apriansyah.
Iqbal : hy blh knl gk ?
Nasya : blh, slm knl !
Iqbal : orng mna ?
Nasya : Bndng donk ! klw km ?
Iqbal : waw jwh amat, aq orng prabumulih atw lbh tptnya d sumsel
Nasya : HAH ?? koq bza ?
Iqbal : yaiyalah bza, km th lucu ea ! btw blh mnta numb km gk ?
Nasya : blh neh 087866XXXXXX, aq uga mnta numb km donk !
Iqbal : neh 087877XXXXXX
Obrolan demi obrolan telah mereka lalui. Mereka menanyakan beberapa
hal, mulai dari sekolah, keluarga dll. Bahkan mereka memutuskan untuk
memanggil kakak dan adek. Kakak adalah sebutan untuk Iqbal, karena
umurnya memang lebih dua tahun dari Nasya. Begitu juga sebaliknya.
Nasya : kak, adek dh ngntk neh ! adek off dlu ea !
Iqbal : ya udah nice dream ea dek !
Sekarang Nasya dan Iqbal sudah off karena mereka harus sekolah pagi-pagi.
“mungkin aku udah bisa ngelupain dia” batin Nasya sebelum tidur
KEESOKAN HARINYA DI SEKOLAH
“PAGI SEMUA….” Teriak Nasya saat masuk kelas. Semua murid sudah terbiasa dengan
tingkah laku Nasya, karena itu sudah menjadi adat istiadat Nasya ketika masuk kelas
“berisik banget sich” komentar salah seorang cowok yang lagi asik-asiknya membaca novel horror.
“aduh kaya ada yang ngomong tapi gak ada orangnya hiiii…. Serem” balas Nasya pada cowok itu.
“dasar udah jelek tuli pula” balas si cowok.
BRAAKKKK
Nasya sudah habis kesabarannya sehingga menggembrak meja yang ada di depannya dan tak sedikit orang melihat Nasya.
“WOY…. Ini kelas tahu, bukan tempat latihan drum” kata si cowok itu.
“FASHA… AWAS LOE” Nasya sudah mengambil ancang-ancang untuk mengejar fasha yang berusaha kabur darinya.
Merasa kelas udah gak aman lagi semua murid pada langsung kabur ke luar
kelas. Karena mereka gak ada yang berani untuk memisahkan dua rival
yang gak pernah akur ini. Yaps Nasya dan Fasha adalah rival yang gak
pernah akur dari semenjak sd. Setiap bertemu mereka selalu adu mulut
sampai kejar-kejaran seperti ini. Parahnya lagi rumah mereka saling
berhadapan alias tetanggaan. Juga keluarga mereka sangat dekat sehingga
membuat tali persaudaraan keluarga mereka gak pernah putus. Tapi tidak
bagi Nasya dan Fasha mereka saling membenci satu sama lain.
“ha…ha…ha…
mau lari kemana loe ?” Nasya sudah berhasil menangkap Fasha dengan
posisi Nasya memegang kerah seragam Fasha dan mengepal tangannya di
depan muka Fasha sehingga Fasha menelan air ludahnya secara paksa.
“a…ampun Sya” kata Fasha, dia mengaku menyerah kali ini karena posisi Fasha sudah terjepit.
“halah
gak ada ampunm bagi loe” kata Nasya dan mengankat tangannya untuk
meninju muka Fasha. Tapi setelah tangan Nasya sudah 5cm lagi dari muka
Fasha, tiba-tiba saja
‘nyanyikan la…gu indah’
‘sebelum ku pergi dan mungkin tak kembali….’
Suara ringtone hp Nasya terdengar jelas dan nyaring.
‘waduh kenapa di saat di seperti ini sich ? tanggung nih’ batin Nasya kesal
Sedangkan batin Fasha sedang bersorak-sorak riang karena hari ini dia tidak jadi mati.
“oke
kali ini gue maafin loe, tapi lain kali jangan ngarep loe !” kata
Nasya. Dan segera mengangkat HP nya. Lalu pergi ke toilet meninggalkan
Fasha yang sedang terbengong-bengong.
“ya kak” jawab Nasya di toilet pada orang yang meneleponnya.
“lagi di toilet ya dek” kata si penelepon. Siapa lagi kalau bukan Iqbal.
“kok kakak tau sich ? jangan-jangan kakak punya indera ke enam ?” kata Nasya polos.
“ha..ha..ha.. kamu ada-ada saja dek, kakak tahu aja soalnya kakak lagi di toilet juga buat nelpon kamu.
“oh gitu…” kata Nasya. Namun obrolannya terhenti karena bel sudah berbunyi.
“mmmhhh…. Kak udah dulu ya, adek udah bel nih bye..”
“bye juga”
Setelah NAsya menutup HPnya dia langsung ngibrit kelasnya begitu juga
sama dengan Iqbal. Nasya merasa hatinya senang karena Iqbal telah
membuat kekesalannya hilang.
“kau memang dapat menghobati
semua perasaanku kak” guman Nasya pelan dengan senyum-senyum sendiri
sambil berjalan cepat di daerah koridor sehingga ada yang menganggap
Nasya stress karena dari tadi senyam-senyum sendiri.
************************************************************************
Pelajaran demi pelajaran telah dilalui kelas IX.3 SMPN 5 BANDUNG dengan
bosan. Semua murid hanya menunggu bel di benaknya. Tapi tidak bagi
Nasya, dia terhanyut dalam materi yang di sampaikan gurunya itu,
sehingga tak lama kemudian bel berbunyi.
“Rin, gue balik bareng loe ya, supir gue gak bias jemput neh !” kata NAsya pada Rina teman sebangkunya dengan penuh harapan.
“aduh
Sya sory banget ya, abis neh gue mau langsung jalan ma Boby jadi….”
Belum sempat Rina menyelesaikan katanya Nasya langsung nengok ma temen
yang di depan bangkunya.
Via yang merasa di perhatikan langsung menjawab.
“gu…gue ada acara ma Vino Sya…” jawab Via
“loe Nin, pasti gak ada acara ma Ryan kan ?” kata Nasya menunjuk Nina sebagai harapan orang terakhir.
“justru
itu Sya, Ryan ngajak jalan sekarang” jawaban Nina mampu membuat hatinya
kecewa, karena gak ada seorang pun dari mereka pulang bareng dengannya.
“oh… ya udah deh kalau gitu, gue ngerti kok !” ujar Nasya menahan kecewanya.
“gak apa-apa kan Sya loe pulang sendiri ?” Tanya Via.Nasya hanya menganggukan kepalanya saja.
“ya udah TT DJ ya !” kata Rina dan Nina bareng. Nina hanya tersenyum.
“kalian juga ya !” kata Nasya.
“beginilah
nasib gak punya cowok, pulang sendiri, gak ada yang ngajak jalan,
hah….. mungkin ini takdir gue kali” guman Nasya pelan saat sudah jauh
dari temannya yang sudah di samperin cowoknya masing-masing.
“pulang sendirian ya jelek”
Tiba-tiba saja Nasya di kagetkan oleh suara yang tak asing lagi baginya. Siapa lagi kalau bukan Fasha rival bebuyutannya.
“apaan
sih loe ?” teriak Nasya pada Fasha yang lagi berdiri dengan nyender di
tembok gerbang sekolah sambil tangannya dilipat di depan dadanya.
Mungkin sat ini Fasha terlihat keren dengan gaya dan penampilannya.
Karena setiap ada yang lewat mata mereka tidak teralih dari sesosok
Fasha yang menggunakan jacket sport yang di gelung sampai sikunya.
‘ni
orang semua pada katarak kali ya? masa cowok kaya gitu bisa membuat
mereka terpesona gitu sih’ batin Nasya jijik melihat semua orang
terhipnotis akan penampilan Fasha.
“loe gak takut kalau
nanti di jalan ada yang nyulik loe, terus loe di bawa entah kemana,
terus….” Perkataan Fasha terpotong oleh Nasya
“mana
mungkin gue diculik, palingan mereka K.O dengan jurus karate yang sering
gue pelajari sekarang” Nasya bangga dengan dirinya sendiri.
“oh
iya.. ya mana mungkin ada yang nyulik loe” perkataan Fasha mampu
membuat Nasya tersenyum simpul tapi tak berlangsung lama. “tapi itu
bukan karena loenya jagoan deh, tapi karena loe itu JELEK” sambung
Fasha.
“arrrggghhhtttt rese…”
Nasya kesal dengan tingkah laku Fasha kali ini, sehingga Nasya langsung
berjalan cepat meninggalkan Fasha yang sedang tertawa kemenangan.
Setelah Nasya sudah agak jauh berjalan, sebuah mobil sedan berhenti di
depan gerbang sekolah.
“maaf ya Sha papa telat jemput
kamu, tadi ada meeting mendadak” kata seorang lelaki paruh baya yang
mengendarai mobil sedannya itu.
“pa… kan udah Fasha bilang panggilnya Fasha, bukan Sha kaya anak cewek aja” kata Fasha setelah masuk ke dalam mobil.
“ha…ha…ha…
kamu tuh sekarang udah gede ya ? gengsinya udah muncul di diri kamu,
padahal waktu kamu kecil aja di panggil Sha kamu cuek bebek aja” jelas
papa Fasha panjang lebar.
“itu kan dulu”
“eh itu kan Nasya teman kamu, panggil gih ! ajak bareng ma kita !” papa Fasha melihat Nasya berjalan di trotoar sendirian.
“ih.. ogah bareng ma dia entar mobil papa kotor lagi gara-gara dia !”
“kamu
tuh ngomong apa sih, papa heran ma kalian berdua kok kalian gak pernah
akur ya ? padahal keluarga kita tali persaudaraannya erat banget”
“itukan kan papa sama mama, tapi tidak bagi Fasha ma dia”
“cepet
ajak dia masuk kedalam mobil atau uang jajan kamu papa potong !”
mendengar kata uang jajan Fasha tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
“iya-iya pa huh…”
Mobil berhenti tepat di pinggir Nasya yang sedang berjalan di trotoar.
“woy cepet masuk mobil” Fasha mengajak Nasya dengan setengah hati.
‘heh..,.tumben tuh anak ngajak pulang bareng ma gue ? jangan-jangan ada apa-apanya lagi’ batin Nasya
Merasa di kacangin Fasha berteriak lebih kencang.
“woy jelek mau pul….AWW papa apan sih”
Papa Fasha mencubit paha Fasha karena merasa bahwa Fasha berbicara gak sopan dengan Nasya akibat memanggilnya jelek.
“Sya pulang bareng yuk, kan rumahnya satu arah” kata papanya Fasha lembut pada Nasya.
‘oh
pantes aja ada om Heri toh, papanya Fasha. Kalau gue gak di ajak ma
Fasha pasti uang jajannya Fasha di kurangi’ batin Nasya. Tak lama
kemudian Nasya menganggukkan kepalanya merasa tak enak kalau menolak
ajakan sahabat ortunya.
“awas hati-hati jangan sampai
mobil papa gue kotor gara-gara loe ya ! kalau aja uang jajan gue gak di
potong gue ogah deh jalan ma loe !” cerocos Fasha setelah Nasya udah
duduk di mobil.
‘tuh kan tebakan gue bener’ batin Nasya.
Entah mengapa kali ini Nasya malas berbicara, sampai-sampai cerocosan
Fasha tidak di ladeni karena malas. Nasya merasa heran dengan hal itu,
padahal baru sekitar satu jam yang lalu dia adu mulut dengan Fasha di
depan gerbang tadi.
“om Heri gak kerja ?” Tanya Nasya
heran melihat papa Fasha ada waktu luang. Sehingga Nasya melawan rasa
kemalasan berbicaranya hanya untuk rasa tahunya.
“om kerja kok, tapi dah pulang. Soalnya om gak terlalu sibuk dengan minggu ini”
Tak lama kemudian mobil sudah berhenti di depan rumah mewah Fasha.
“ya udah om makasih ya udah nebeng” kata Nasya pamit pulang’
“sebagai rasa terima kasih loe harus kasih contekan ma gue “ kata Fasha tersenyum licik.
“ha..ha..ha.. jangan di pikirin Sya tuh anak memang suka bercanda” kata om Heru.
Nasya hanya menanggapinya dengan senyuman, lalu dia segera pulang ke
rumahnya yang berhadapannya di depan rumah Fasha. Rumahnnya Nasya juga
tak kalah mewah dengan Fasha.
Setelah memasuki rumahnya Nasya mendapati kak Ariel kakanya yang lagi asyik nonton tv.
“dah pulang Sya ?” sapa Ariel.
“gak, baru berangkat” canda Nasya malas. Dan langsung masuk ke kamarnya.
Setelah Nasya memasuki kamarnya dia merasa bosan, dia memutuskan untuk menghubungi Iqbal.
“ya dek ada apa ?”
“ganggu gak kak ?”
“gak kok, kakak lagi rebahan aja”
“kakak, boleh gak kakak nyanyiin sesuatu, buat ngehilangin kebosanan Nasya ?”
“mmm….nyanyi apa ?”
“apa aja deh, yang penting kakak nyanyi adek bahagia !”
“ ok, kakak nyanyi ya…”
‘berakhirlah sudah semua kisah ini’
‘ dan jangan lah kau tangisi lagi…’
‘sekalipun aku takkan pernah mencoba kembali, padamu….’
‘sejuta katamaaf terasa kan percuma…’
‘swbab rasaku t’lah mati untuk kau terima…’
Nasya memejamkan mata selama lagu itu di nyanyika. Mencoba tuk menikmati suara Iqbal.
“makasih ya kak, sekarang adek dah gak bosan lagi”
“ya sama-sama”
“ya udah ya kak adek makan dulu, lapar nih”
“oh, ok bye….”
“bye….”
Hampir setiap hari Iqbal selalu menghubungi Nasya, begitupun Nasya.
Hingga sekitar dua bulan kemudian mereka telah resmi berpacaran.
Selama
mereka berpacaran hidup Nasya menjadi semakin indah, karena sudah lima
bulan Nasya dan Iqbal masih tetap langgeng. Tak ada sedeikitpun
percekcokkan di antara mereka. Tapi kali hari ini Nasya heran, karena
sudah dua hari ini Iqbal gak pernah menghubunginya, bahkan kalau di
hubungi ke hpnya nomornya selalu gak pernah active atau juga jika online
Iqbal gak pernah ada.
“aku kangen ma kamu kak” lirih Nasya khawatir memikirkan Iqbal.
******************************************************************
Hari
demi hari telah Nasya lewati tanpa Iqbal. Tak terasa sekarang Nasya
telah duduk di kelas XI IPA I SMAN 9 BANDUNG. Selama dua tahun juga
Iqbal tidak pernah lagi menghubungi Nasya, begitu pula Nasya. Walaupun
menghubungi Iqbal percuma saja, karena hp Iqbal gak pernah active lagi.
Hari ini kelas IX IPA 1 sedang rebut. Tapi kejadian itu tak berlangsung lama hingga seorang guru datang.
“anak-anak
kita kedatangan murid baru, silahkan kenalkan dirimu !” kata guru itu
sambil menyuruh seorang lelaki yang berdiri di sampingnya.
“nama saya Feri Muhammad Ramdhani, kalian boleh memanggil saya Feri. Saya pindahan dari SMAN 1 JAKARTA”
“ssssttt….sssttt….”
“sstttt…ssstttt….”
Setelah Feri memperkenalkan diri, anak-anak mulai berbisik-bisik pada teman sebangkunya.
“nah, sekarang kamu boleh duduk di dekat Nasya. Nasya bagku di sebelah kamu kosong kan ?”
“i..iya pak”
“ya sudah feri kau duduk di situ”
“baik pak”
Nasya dan Feri berbincang-bincang selama pelajaran berlangsung. Di
karenakan hari ini hari bebas, karena guru sedang rapat. Sehingga mereka
bebas berbincang dengan bebas. Tapi ada seseorang hatinya sedang panas
menyaksikan mereka berdua. Tak terasa bel istirahat sudah berbunyi.
“ kantin yuk !”ajak Nasya pada Feri
“boleh”
Dalam perjalanan ke kantin, mereka bertemu Fasha si koridor
“baru
masuk sekolah ini udah berani ngebet anak sini, berani bener” kata
Fasha setelah Nasya dan Feri akan melewatinya. Namun nasib malang telah
melanda Fasha, perkataannya telah di anggap angin lewat oleh Nasya dan
Feri.
‘sialan gue dikacangin’ batin Fasha kesal.
“Sya kayaknya cowok tadi ngomong sesuatu deh” Tanya Feri setelah jauh dari Fasha
“udah gak hiraukan aja, cowoknya aja agak miring” jawab Nasya enteng
‘kurang
asem gue di katain miring ma si jelek’ batin Fasha, ternyata Fasha
membuntuti mereka berdua karena penasaran apa yang akan mereka lakukan.
“Fer kita makan di atap sekolah yuk, indah banget loh pemandangannya”
“ok deh”
Setelah mendapatkan makanan ringan di kantin mereka memutuskan makan di
atap sekolah. Termasuk juga Fasha, ternyata dia masih asyik
membuntutinya. Sekitar lima menit kemudian mereka sampai di atap sekolah
tapi tiba-tiba saja Feri ingin buang air kecil.
“aduduh Sya, kayaknya gue kebelet nih !” kata Feri
“oh ya udah toiletnya udah tahu kan ?”
“udah tahu kok, gak apa-apa kan di sini sendiri ?”
“ya gak apa-apa”
“ya
udah gue ke toilet dulu ya !” kata Feri terburu-buru turun tangga. Dan
tentu aja ke temu Fasha yang lagi ngintip, tapi untung saja Fasha
berpura-pura memainkan hpnya agar gak ketahuan ngintip. Dan benar saja,
saking terburu-burunya Feri tidak sempat lihat Fasha.
Sedangkan Nasya sedang melamun sambil melihat sebuah gantungan mickey
mouse pemberian Iqbal yang sengaja di kirim lewat pos dalam rangka kado
ultah buat Nasya.
“sekarang gimana kabar kakak ?” gumannya sambil melihat terus gantungan itu.
“WOOYYYY…. Ngapain loe ?”
Tiba-tiba saja ada suara yang gak asing lagi bagi Nasya dari arah belakang. Siapa lagi kalau bukan rivalnya.
“eh apaan tuh ?” kata Fasha.
Dengan seenak jidat Fasha langsung merebut gantungan yang di pegang Nasya
“Fasha balikin gantungan gue” bentak Nasya
Nasya mencoba merebut gantungan dari tangan Fasha. Tapi hasilnya nihil,
dikarenakan tinggi Fasha lebih tinggi dari Nasya. Jadi Fasha mencoba
memanfaatkan hal itu dengan cara memegang gantungannya tinggi-tinggi.
Sedangkan Nasya sudah ngos-ngosan karena dari tadi dia loncat-loncat
demi mengambil gantungannya.
“hm… gantungan ini enaknya di
apain ya ? kayaknya asyik deh kalau di lempar ke sana !” kata Fasha
sambil menunjuk tempat di belakang sekolah yang banyak sawahnya.
“gu..gue mohon jangan di lem…par” mohon Nasya
“emang seberapa berharganya sih benda rongsokan kaya gini ?”
WUUUUUSSSSHHHHHH
Gantungan itu telah tiada, karena Fasha sudah melemparnya. Sedangkan
Nasya sedang menangis karena barang berharganya telah di lempar.
“l..loe jahat Fas, loe dah bu…ang barang satu-satunya dari orang yang gue sayang. GUE BENCI MA LOE”
CTAAAARRR
Perkatan Nasya telah mampu membuat hatinya bagaikan tertusuk panah. Fasha gak nyangka akhirnya bakal kaya gini.
“Sya…Sya tunggu gu..gue”
Perkataan Fasha tak digubris Nasya. Nasya hanya berlari ke arah tangga
meninggalkan Fasha yang telah menyesal menyakiti Nasya. Tapi ketika
Nasya akan turun dia menabrak seseorang.
BRRUUKKK
“S…Sya, loe kenapa ? kok nangis “ Tanya Feri.
Mereka berdua tidak menyadari dengan posisi mereka. Tangan kanan Feri
memegang pinggang Fasha yang hamper jatuh ke belakang, tangan kirinya
memegang tangan Nasya. Sedangkan tangan kiri Fasha hamya menahan ke
leher belakang Feri.
“ini tempat belajar bukan temapat romantis-romantisan” kata Fasha panas melihat adegan itu.
“Fer kita ke kelas aja !” ajak Nasya. Dan Feri hanya menganggukan kepalanya saja.
Selama seminggu ini Nasya tidak pernah bertatap muka lagi dengan Fasha.
Karena dia masih kesal dengan kejadian itu. Tapi selama seminggu pula
Nasya merasa ada yang kurang. Dan hatinya merasa kosong dan hampa.
“jangan-jangan
gue jatuh cinta ma Fasha, ah mana mungkin sih ? dia kan udah buat gue
kesel !” Nasya berbicara sendiri, karena akhir-akhir ini
“Sya daripada loe ngelamun, mending kenalan ma temen kakak deh”
Tiba-tiba ariel datang mengkagetkan Nasya.
“siapa kak ?”
“udah nanti juga kamu tahu”
Setelah Nasya tiba datang ke ruang tamu, tempat teman-temannya ka
Ariel. Nasya sangat terkejut sekali ketika melihat salah satu lelaki.
‘DEG’
‘kenapa ? kenapa dia bisa ada disini ? apa aku sedang bermimpi ?’ batin Nasya
“kakak ? kakak masih inget adek kan ? kok gak pernah hubungi adek lagi ?
“mmm…. Kamu siapa ya ? apa kita pernah ketemu ? “
“kak ini adek kak ! kok kakak mudah bangrt sih ngelupain adek ?”
“Sya
kamu ngomong apa sih ? Iqbal kan gak pernah ketemu ma kamu ! kamu salah
orang kali, Iqbal kan dari Prabumulih sumatera selatan” kali ini Ariel
yang berbicara karena penasaran. Sehingga Nasya semakin yakin kalau
orang di depannya adalah orang yang menghilang selama dua tahun yang
lalu.
“eh Sya kamu mau kemana ?, mmmhhh sory ya Iqbal
Mhona, dia emang suka gitu !” kata Ariel. Sedangkan Iqbal dan Mhona
mengangguk saja.
Nasya langsung berlaru meninggalkan Ariel, Mhona dan Iqbal yang keheranan.
“Riel, gue pinjem toiletnya dong ! gue ke belet nih !” kata Iqbal
“oh, ya udah toiletnya ada di belakang, loe lurus aja dari sini” kata ariel.
Iqbal langsung berjalan dari arah yang di tunjukkan oleh Ariel tadi.
Lalu setelah Iqbal kembali dari toilet tak sengaja dia melihat Nasya
yang sendirian melamun di taman belakang. Dan Iqbal pun memutuskan untuk
mendekatinya.
“hay, tadi kenapa kok kabur ? kenalan dong
aku Iqbal Apriansyah” kata Iqbal setelah ada di depan Nasya dan
mengulurkan tangannya.
‘sebegitu mudahkah kau melup[akan aku ?’ batin Nasya
“Nasya Erlita” kata Nasya sambil berusaha tersenyum
“oh ya, tadi kenapa kamu lari ? terus kamu tau nama aku ! emang kita pernah ketemu ?”
“tadi aku Cuma ingat seseorang aja, yang pernah aku sayangi dua tahun yang lalu”
“eh siapa ? seriatain dong !”
“dia
adalah pacar aku dulu, sekaligus orang yang aku sayangi. Dia itu selalu
ada untukku, pengertian, sabar, juga baik. Bahkan ketika kita jadian
pun kita gak pernah ada pertengkaran sekecil apapun. Karena dia selalu
mementingkan aku dan selalu mengalah hanya buat aku. Tapi gak tau kenapa
selama dua tahun ini dia menghilang dan gak pernah hubungi aku lagi.
Kalau di hubungi ke HP nya pun gak pernah active atau kalau online dia
gak pernah ada”
“emang dia itu siapa sih ?” Tanya Iqbal penasaran
“dia itu adalah…..”
“Iqbal”
Tiba-tiba saja ada seseorang yang datang di belakang Nasya dan Iqbal.
“Mhona loe ngapain disini ?”Tanya Iqbal
“yang ada itu loe, ngapain loe disini enak-enakan ngobrol, bantuin tuh si Ariel sendirian ngerjain tugas kita” kata Mhona.
“ya..ya..ya bawel ah. Aku kesana dulu ya !” kata Iqbal. Sedangkan Nasya hanya menganggukan kepalanya.
‘itu kamu bal. Dia itu kamu’ batin Nasya sedih
**********************************************************************
Keesokan harinya Nasya berangkat sekolah seperti biasa. Tapi ketika
akan memasuki mobil, Nasya di tahan oleh seseorang.
“Sya…Sya gue minta maaf ma kejadian kemarin”
Nasya menganggap suara itu seperti angina lewat saja. Dan segera memasuki mobil.
“Sya tunggu Sya dengerin gue dulu !”
“jalan pak” perintah Nasya pada supirnya
“tapi non, itu ada Fasha temen non”
“udah pak hiraukan aja”
Dan
mobil itu pun melesat pergi meninggalkan hati Fasha yang sedih. Lalu
Fasha kembali ke rumahnya untuk berangkat sekolah dengan naik motor
sport nya berwarna hitam. Setelah menaikinya Fasha langsung jalan tanpa
menggunakan helm dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Di perjalan Fasha
megendarai motor dengan hati yang tidak tenang dan gelisah sehingga dia
kurang berkonsentrasi mngendarainya.
‘Sya gue nyesel
banget ma kejadian kemarin Sya, gue gak nyangka akhirnya akan kaya gini.
Sebenarnya hati gue panas lihat loe akrab banget ma Feri, gue kangen ma
loe Sya. Gue pengen kita kaya dulu lagi, berantem tiada abisnya. Gue
gak mau jauh dari loe, gue sayang ma loe. Karena gue……….’
TIIIIITTTTTT……………….
BRRAAKK
“aawww…”
Nasya menjerit ketika tiba-tiba saja silet yang digunakan untuk
menyeruti pensilnya tergores pada jari telunjuk kirinya.
‘kenapa perasaan gue jadi gak gini’ batin Nasya gelisah
“Sya loe kenapa ? tangan loe berdarah !” kata Feri
“gak papa kok, tadi gue Cuma ke gores aja ma silet”
“gak
papa apanya ? loe liat deh ! darah loe deras banget, sampai netes ke
lantai gitu. Ayo cepet kita ke UKS aja !” kata Feri dan Nasya hanya
pasrah saja.
Nasya sangat beruntung punya teman yang sangat perhatian padanya.
Sedangkan di salah satu perempatan jalan terjadi sebuah kecelakaan yang
sangat tragis. Sebuah motor sport menerobos lampu merah dengan
kecepatan yang sangat cepat, sehingga sebuah truk besar dari arah kanan
menabraknya dengan kecepatan yang tinggi. Dan mampu membuat si
pengendara motor terpental jauh, sehingga kepalanya terbentur pada batu
pinggiran trotoar dengan cukup keras.Dan juga parahnya lagi, si
pengendara motor itu adalah Fasha yang tidak memakai helm.
Pukul 12.15 murid SMAN 9 BANDUNG masih berkutat dan berkonsenterasi
pada pelajarannya, tapi tidak bagi Nasya. Hari ini hatinya benar-benar
sangat gelisah.
‘Fasha kemana ya ? kok hari ini gak masuk ?
padahal tadi pagi kita ketemu, terus tadi kan dia udah mau berangkat
sekolah’ batin Nasya
Entah mengapa Nasya
memikirkan Fasha dari pelajaran pertama hingga sekarang. Tiba-tiba saja
Nasya ingin bertemu dengan Fasha. Hatinya sangat tidak tenang memikirkan
Fasha.
“…Sya”
“ya Fasha ada apa ?” kata Nasya terkejut
“loh, kok Fasha sih ? ini gue Feri !”
Secara reflek Nasya berbicara Fasha dengan cukup keras. Untung saja
pada pelajaran hari ini tidak ada guru. Sehingga kelas ini sedang bebas.
“ah… ya Fer ada apa ?”
“gak papa, gue Cuma mau ngatain sesuatu buat loe”
“apa ?”
“today, your really beautiful”
BLUSSHHH
Perkataan Feri mampu membuat wajah Nasya berblushing ria. Wajahnya sangat merah seperti keppiting rebus.
“hallow… loe sakit ?” Tanya Feri heran ketika melihat wajah Nasya sangat merah.
“eh gak kok, thanks ya !”
“gak, gue Cuma ngatin fakta kok”
Nasya hanya tersenyum saja
Setelah bel berbunyi Nasya langsung keluar kelas dengan buru-buru.
Karena rencananya hari ini dia akan ke rumah Feri dan membuat kejutan
untuknya bahwa Nasya sudah memaafkan Fasha. Tetapi tiba-tiba seorang
cewek menahan Nasya ketika akn pulang.
“Sya…. Tunggu” teriak Nina
“ya Ni nada apa ? gue buru-buru nih !”
“a..ada berita buruk Sya”
“apa”
“tadi pagi Fasha kecelakaan”
JJGGEEERRRRR
Perkataan Nina bagaikan tersambar petir di dalam benak Nasya. Dan Nasya tak tahan membendung air matanya.
“a…apa Fasha kecelakaan ? loe jangan bohongin gue Nin !”
“gue gak bohong ma loe Sya, tadi guru-guru ngomong serius banget dan gak sengaja gue ngedenger bahwa Fasha kecelakaan”
“terus sekarang Fasha dimana ?”
“kalau gak salah denger sih, Fasha dibawa ke rumah sakit Santosa”
“ya udah gue kesana dulu ya Nin”
“tapi hati-hati ya Sya !”
Nasya hanya menganggukan kepala dan mengusap air mata di pipinya yang
jatuh. Lalu Nasya segera menaiki taksi yang kebetulan lewat di depan
sekolahnya.
Setelah sampai di rumah sakit
Santosa, Nasya langsung berlari ke bagian Informasi untuk menanyakan
keberadaan Fasha. Dan benar saja, Fasha memang sedang dirawat
disini.Nasya pun berlari lagi ke lokasi dimana tempat Fasha di rawat.
CEKLEK
TAP….TAP…TAP…
Suara pintu dan langkah sepatu Nasya membuat seorang perempuan dan
lelaki separuh baya melihat kea rah Nasya sambil tersenyum.
“tante om, ini Fasha ?” Tanya Nasya dengan air mata yang siap jatuh kapan saja
“iya Sya, itu Fasha”kata Tante Riri mama Fasha
Nasya hanya menggeleng lemah seolah tak percaya bahwa orsng yan terbaring lemah ini Fasha.
“Fasha, ni gue Nasya. Rival loe !” kata Fasha sambil mengusap lembut kepala Fasha.
“oh
iya gue punya kejutan buat loe, gue udah maafin loe ! terus gue udah
ikhlas ma gantungan yang loe lempar itu, jadi loe gak usah khawatir lagi
ya !” Nasya mengatakan itu dengan suara parau.
Nasya heran dengan Fasha. Fasha dari tadi sudah sadar sejak Nasya masuk
dan matanya terbuka. Tapi ada satu hal yang ganjil. Kenapa dari tadi
mata Fasha hanya memandang lurus dan dari sorot matanya terlihat
kekosongan. Juga sejak Nasya berbicara pun Fasha tidak melihat ke
arahnya.
“Fasha liat gue dong, gue mohon !” kata Nasya
Perkataan Nasya mampu membuat Tante Riri keluar kamar dengan tangisan
yang tidak bisa dihentikan, seolah ada sesuatu yang di sembunyikan oleh
orang tua Fasha.
“om, sebenarnya ada apa sih om ! aku mohon om, katakana ada apa ma Fasha”
Sorot mata Nasya ingin tahu sekalidengan Sesuatu yang terjadi. Sehingga
mau tak mau om Heri papanya Fasha menjelaskannya.
“Fasha
mengalami benturan yang sangat keras di kepalanya. Sehingga saraf
matanya tidak dapat berfungsi lagi, dan….dan… Fasha mengalami kebutaan”
Nasya tidak dapat menahan air mata yang jatuh ke pipinya
“ja…jadi Fasha gak bisa melihat lagi om ?”
Om Heri hanya menganggukan kepala dengan lemah. Sedangkan Nasya hanya
berlari keluar kamar karena sudah tidak kuat lagi dengan kenyataan ini.
Tapi kesedihan Nasya tidak sampai di situ saja, karena Nasya melihat
seseorang yang familiar baginya sedang tak sadarkan diri dan berlumuran
darah dimana-mana sedang di dorong di atas ranjang rumah sakit oleh
perawat melewati dirinya.
“kak Iqbal ?” guman Nasya
Nasya langsung berlari mengejar para perawat yang mendorong ranjang Iqbal dan ikut mendorongnya.
“kak…kakak kenapa bisa kayak gini ?”
Nasya mengeluarkan air matanya lagi. Sekarang dia benar-benar tidak
tahan dengan kejadian ini. Setelah sampai di salah satu ruangan, perawat
menahan Nasyadan seorang perempuan sekitar berumur 40 tahun melarangnya
masuk.
“maaf dek, bu kalian tunggu saja disini” ujar perawat itu sambil menutup pintunya.
Nasya dan seorang iu itu hanya pasrah saja. Hingga ibu itu baru menyadari keberadaan Nasya.
“kamu siapa ? temannya Iqbal ?” kata Ibu itu
“iya Tante, saya Nasya temannya Iqbal. Tante mamanya Iqbal ya ?”
“iya, Tante mamanya Iqbal, tapi tante rasa kayaknya nama kamu gak asing she telinga tante deh !”
“ya mungkin tante pernah denger. Kan Nasya itu bukan Cuma saya aja Tante”
“bukan-bukan, eeee….. tumggu dulu. Ah iya kamu tuh pacarnya Iqbal waktu dua tahun yang lalu kan ?”
“eh aaa….eee… Ta….tante tahu dari mana ?” Nasya langsung salting
“tahu aja, waktu dua tahun lalu Iqbal sering cerita ma Tante. Ternyata kamu sekarang lebih cantik ya dari yang di foto”
“ha…ha..ha.. gak juga kok tante. Oh ya tante saya boleh nanya gak ?”
“boleh kok nanya apa ?”
“gini
tante, kenapa ya selama dua tahun ini kak Iqbal gak pernah hubungu saya
lagi ? walaupun di telfin ke hpnya pun gak pernah active !”
“kamu benar ingin tahu ceritanya ?”
Nasya lalu mengangguk mantap
“jadi ketika dua tahun lalu Iqbal mengalami amnesia karena keelakaan”
“amnesia ? pantes aja Iqbal gak ingat saya. Terus sekarang Iqbal kenapa Tante ?”
“tadi
itu Iqbal mengalami kecelakaan, karena dia mencoba menyelamatkan anak
kecil di tengah jalan yang hamper tertabrak mobil. Dan akhirnya anak
kecil itu selamat, tapi sayangnya Iqbal jadi begini”
CEKLEK
Pintu terbuka, dan menampilkan sesosok perawat yang berparas cantik.
“kalian boleh masuk, tapi pasien masih dalam masa kritis” ujar perawat itu sambil tersenyu
“terima kasih” kata Nasya dan mama Iqbal bareng
“sama-sama”
Nasya dan mama Iqbal mendekati Iqbal yang terbaring lemah
“iqbal ini mama saying, terus di samping mama ada Nasya pacar kamu. Kamu masih ingat kan nak ?” kata mama Iqbal
“kak, ini adek ! kakak bangun dong !” kata Nasya.
Tapi percuma saja, Iqbal masih menutup matanya. Nasya menangis, entah
sudah keberapa kalinya ia menangis. Tapi tidak sengaja air setetes air
mata Nasya jatuh pada tangan Iqbal, sehingga membuat tangan Iqbal
bergerak.
“Tante lihat Iqbal sudah sadar” kata Nasya senang
“ya udah Tante panggil dokter dulu ya !” kata mama Iqbal, Nasya mengangguk.
Setelah dokter datang, dokter langsung memeriksa keadaan Iqbal.
“dek,
sekarang kakak ingat semuanya” kata Iqbal dengan suara parau setelah
dokter memeriksanya. Sedangkan Nasya hanya mengangguk saja.
“maafin kakak ya dek, dengan mudahnya kakak udah ngelupain adek”
“kakak gak usah minta maaf, kakak gak salah apa-apa, adek udah tahu kajadian dua tahun lalu yang menimpa kakak”
“sekarang kamu lebih cantik ya dek, malah seratus persen lebih cantik dari foto, kakak boleh nanya sesuatu gak ?”
“apa ,kak ?”
“kamu mau kan kita balik lagi kayak dulu ?”
DEGG
Nasya kaget akan hal itu
‘Ya Allah, kemana perasaan ku waktu itu Ya Allah ?’ batin Nasya
“dek kok diem aja ? kamu udah gak cinta lagi ma kakak ?”
‘maafin aku kak, aku udah terlanjur mencintai seseorang’ batin Nasya
“dek, jawab kakak dong, kamu jujur aja. Kalau kamu udah punya hati untuk orang lain, bilang aja. Kakak gak marah kok !”
“maafin adek ya kak ! adek udah gak cinta lagi ma kakak”
“ya, kakak gak marah kok, kakak lebih suka kamu jujur daripada bohong ma kakak”
“makasih kak !”
“dek,
seharusnya kakak yang berterima kasih. Adek udah pernah hadir dalam
hidup kakak, walaupun kita baru bertemu tapi kakak senang sekali liat
adek. Dan mungkin ini terakhir kali kakak liat adek”
“kakak ngomong apa sih ? kita masih bisah bertemu kak ! besok juga adek akan jenguk kakak lagi”
“makasih dek. Kamu jaga diri kamu baik-baik”
Dengan perlahan Iqbal menutup matanya dan meneteskan air matanya.
“kak, kakak ! kakak bangun dong ! kakak jangan tinggalin adek !”
Nasya mengguncangkan tubuh Iqbal, tapi tidak ada respon darinya. Mata
Iqbal masih tertutup rapat. Lalu dokter cepat-cepat memeriksa denyut
nadi Iqbal. Dan langsung menggelengkan kepalanya. Setelah itu perawat
menutup muka Iqbal dengan selimutnya.
“Iqbal….” Mama Iqbal menjerit dan langsung memeluk Iqbal
“kakak…..” Nasya menangis lagi dia sudah tak tahan dengan semua ini.
Lalu Nasya segela berlari ke luar kamar dan pulang berjalan kaki dengan hujan dan petir yang lebat.
JEGERRR
Petir masih saja berbunyi. Nasya menghiraukannya. Sepanjang jalan ia
terus manangis-menangis dan manangis. Tapi tiba-tiba ada sebuah mobil
yang berhenti di dekat Nasya. Dan si pengendara mobil itu mendekati
Nasya sambil membawa paying.
“Sya, loe belum pulang ? loe
ngapain di sini ?” Tanya seseorang di belakang Nasya, dia kaget bahwa
Nasya belum pulang hingga menjelang malam ini. Karena Nasya masih
memakai seragam sekolah.
“Fer… gu…gue…”
BRUKK
Nasya pingsan, tapi untung saja dengan sigap Feri menahan Badan Nasya
yang hamper jatuh. Lalu menggendongnya dengan bride style. Dan
memasukkan Nasya ke dalam mobil. Setelah itu Feri juga cepat-cepat
memasuki mobilnya, dan membuka jaket yang melekat di tubuhnya untuk
menyelimuti Nasya. Setelah itu Feri langsung tancap gas ke rumah Nasya.
Dia sudah hafal betul rumah Nasya karena dua hari yang lalu dia bermain
ke rumah Nasya.
Setelah sampai di rumah Nasya,
Feri langsung memencet bel dengan beban di punggungnya yaitu Nasya. Dan
tak lama kemudian seseorang membuka pintu itu.
“Nasya.. Fer nasya kenapa ?” Tanya kak Ariel sambil membantu Feri yang menggendong Nasya.
“dia pingsan, tadi gue ketemu dia di jalan”
“oh ya udah baringin aja dia disini !” kata Feri setelah samapai di kamar Nasya
“ya udah gue balik dulu ya, dah malem” pamit Feri seusai membaringkan Nasya]
“thanks ya !”
Feri hanya mengangguk. Sesudah Feri pergi, Ariel menyelimuti Nasya
sampai ke dadanya. Tapi ketika Ariel aikan keluar dari kamar Nasya,
Ariel mendengar Nasya mengguman.
“kak Iqbal, jangan tinggalin adek sendirian” guman Nasya
“Sya, kamu istirahat ya ! mama dan papa di luar negeri mencemaskanmu” kata ariel, lalu segera menutup pintu perlahan.
**********************************************************************
Pemakaman tidak berlangsung lama. Tapi dapat membuat semua orang yang
hadir di pemakan berduka cita atas kepergian Iqbal, begitu pula Nasya.
Dia masih belum merelakan Uqbal pergi meninggalkannya. Satu-persatu
orang-orang pergi meninggalkan pemakaman termasuk mama Iqbal. Tak
terkecuali menyisakan dua orang yang masih berdiam diri.
“Sya pulang yuk !” kata Ariel lembut.
Nasya tidak menjawab, dia masih menangis. Sebenarnya Ariel juga belum
rela sahabat terbaiknya pergi. Ketika dia mendapat kabar dari
teman-temannya tentang Iqbal semalam. Dan Ariel sudah mengetahui
semuanya bahwa Iqbal adalah pacarnya Nasya dua tahun lalu.
“Sya, kalau kamu terus begini Iqbal pasti akan sedih” kata Ariel.
Namun Nasya masih belum menjawab.
“Sya
kakak tahu hati kamu, tapi kamu jangan begini terus. Walaupun kamu
menangis dan bersedih pun Iqbal gak akan kembali coabalah tuk tersenyum,
walaupun senyuman itu untuk Iqbal yang disana”
“mana mungkin aku bisa tersenyum buat orang yang udah gak ada” akhirnya Nasya membuka mulut
“gak Sya, kamu salah. Iqbal masih ada buat kita, tapi dia ada disini” kata Ariel sambil menunjuk hati Nasya.
Sesaat itu Nasya membenarkan perkataan Ariel. Dia baru menyadari akan hal itu. Lalu Nasya pun memeluk Ariel.
“makasih ya kak” kata Nasya sambil tersenyum.
“nah gitu dong, baru itu nmanya adek kesayang kakak” kata Ariel.
Nasya pun tersenyum lagi. Sekarang dia bisa merelakan Iqbal pergi, dan
dia mencoba untuk tersenyum dengan hati yang tulus.
Sepulang dari pemakaman, Nasya pergi ke rumah sakit menjenguk Fasha. Kali ini dia pergi bersama Feri.
“Sya, loe tadi abis dari pemakaman siapa ?” Tanya Feri ketika di perjalan di mobil.
“eee…. Teman gue waktu kecil” jawab Nasya bohong.
“oh.. gue turyt berduka cita ya !”
“ya… thanks”
Tak lama kemudian mereka sudah sampai di rumah sakit. Dan segera
berjalan kea rah kamar Fasha. Setelah memasuki kamar Fasha, Nasya
melihat tante Riri dan Om Heri.
“siang om…tante…” sapa Nasya
“siang…. Kalian mau jenguk Fasha ya ?”
“iya om tante kita mau jenguk Fasha” kali ini Feri yang menjawab
“ya uadah kita keluar dulu ya !” kata tante Riri
Nasya dan Feri manganggukan kepala.
“hai Fasha, gimana keadaan loe sekarang ?, oh iya disini ada Feri loh dia ingin jenguk loe ” kata Nasya
“Hai…” kata Feri.
“loe pasti seneng liat gue kayak gini kan Sya ?” kata Fasha.
“maksud loe apa ? gue gak ngerti deh”
“gue
ke toilet dulu ya !” kata Feri, kayaknya dia tahu karena sekarang ini
mereka butuh waktu buat berdua. dan Nasya pun hanya mengangguk saja.
“loe kan benci ma gue ! jadi loe pasti seneng banget liat keadaan gue !” kata Fasha melanjutkan pembicaraannya.
“gak, gue gak benci ma loe ! gue d\udah ikhlas me gantungan yang loe buang itu”
“gak,
pasti loe masih benci ka ma gue ? karena bagi loe gue itu pengganggu
hidup loe. Karena setiap ketemu kita berantem tiada abisnya. Dan semua
itu karena gue duluan ya ng suka mencing emosi loe”
“walaupun kita sering berantem setiap ketemu, tapi gue gak pernah benci ma loe !”
“Sya… sebenernya gue punya maksud kalau gue sering mincing emosi loe”
“a…apa maksud ?”
“iya, gue bermaksud untuk gue bisa ngobrol ma loe”
“maksud loe papa sih gue gak ngerti ?” Nasya benar-benar tidak mengarti dengan semua ini.
“se….benarnya
gue tuh ingin di perhatiin ma loe, terus gue pengen ngobrol ma loe
walaupun dengan cara berantem gue dah seneng banget Sya. Dengan cara
berantem pula, gue pengen bisa deket ma loe ! semua yang gue lakuin tuh
karena gue sayang ma loe Sya ! sehingga gue cinta ma loe !”
“a…apa lo cinta ma gue !”
“iya Sya, gue cinta ma loe ! dan sekaang loe pasti membenci gue. Karena semua itu terlalu mendadak banget buat loe”
“ngapain gue benci ma loe ! gak ada gunanya buat gue. Karena gue juga cinta ma loe”
“se…serius loe”
“iya,
gue serius. Karena gue baru sadar, ketika loe gak ada di sisi gue
ternyata hati gue merasa kosong dan hampa. Dan di situlah gue baru
menyadari kalau gue kehilangan loe. Jadilah gue cinta ma loe”
“tapi Sya, kalau aja ada keajaiban dari Allah. Kalau gue bisa melihat lagi, loe mau jadi pacar gue gak ?”
“ha…ha…ha… ngapain loe harus nunggu keajaiban itu datang ? sekarang juga gue mau kok jadi pacar loe !”
“yang bener loe ? apa loe gak malu punya cowok yang gak bisa liat alias buta kayak gue ?”
“ngapain
juga gue malu ? dimata gue loe tuh gak ada kekurangan apapun. Dan gue
yakin pasti loe masih bisa merasakan kehadiran gue”
“makasih Sya”
Dan dua pasangan yang baru jadian itu pun langsung berpelukan. Tanpa
mereka sadari ada seseorang di dekat pintu sedang cemburu menyaksikan
kejadian itu.
‘seharusnya gue gak terlalu banyak berharap buat ngedapetin lo Sya’ batin Feri
Setelah hati Feri tenang, dia memutuskan untu masuk saja ke dalam kamar.
“eh Fer loe kemana aja ? lama banget sih !” kata Nasya
“mmmhh,
tadi gue katemu sodara gue dulu yang lagi check up” jawab Feri
berbohong. Karena sejak dari tadi dia keluar, Feri hanya diam di balik
pintu dan tidak pergi ke toilet. Jadi otomatis Feri sudah tahu kejadian
dan omongan yang mereka bicarakan dari pertama. Namun Feri hanya
pura-pura tidak tahu saja.
“gue balik dulu ya, udah sore nih” pamit Nasya
“ya udah hati-hati ya ! eh Fer gue titip Nasya ya di perjalanan pulang !” kata Fasha
“pasti” jawab Feri
“ya udah loe baik-baik ya ! biar cepet pulang. Nanti gue jenguk loe lagi kok !”
Fasha hanya mengangguk.
Malam harinya dirumah Nasya.
TING TONG
“siapa sih malam-malam gini mau namu ?” kata Nasya
TING TONG
“kak Ariel mana lagi ? “
Setelah dia sampai di ruang tamu dan membuka pintunya, dia kaget denghan orang yang datang.
“ngapain loe kesini ?” kata Nasya jutek
“gue mau ngomong sesuatu”
“Dendy, loe tahu kan ini dah malem ? kayak gak ada haru esok aja”
“iya Sya, tapi ini penting banget” kata Dendi memohon
“oh ok ! jadi loe mau ngomong apa” kata NAsya setelah duduk di teras depan
“gini Sya, eee….gimana ya ngomongnya ?”
“dah ah waktu gue gak banyak” kata Nasya sambil berdiri
“eh Sya tunggu dulu !” kata Dendy sambil memegang tangan Nasya
“ya udah loe mau ngomong apa ? cepetan !”
“gue mau kita balikan lagi kayak dulu ! loe mau kan ?”
Nasya tidak percaya dengan omongan barusan. Dia udah seenaknya saja minta balikan setelah menyakitinya.
“apa
loe bilang balikan ? enak banget ya loe ngomong gitu setelah loe
nyakitin gue ? emang kemana cewek yang loe bilang lebih menarik dari gue
?” Nasya masih mengingat tentang kejadian itu
“ iya gue
tahu, gue salah kok. Tapi sebenarnya gue masih cinta ma loe ! dan cewek
yang gue bilang lebih menarik dari loe, dia udah tunangan ma cowok lain
!”
“oh jadi kalau misalnya cewek itu gak tunangan ma cowok
lain, berarti loe gak akan minta balikan lagi ma gue ? dan loe gak
cinta lagi ma gue gitu?”
“eee….”
“loe gak bisa jawab kan ?” kata Nasya sambil menyeringai
“loe kenapa sih ? jangan loe udah….” Perkataan Dendy terpotong oleh Nasya
“iya, gue dah punya hati seseorang. Yang jelas bukan loe ! jadi loe gak usah banyak berharap ma gue”
“emang siapa orang itu”
“kalau
gue kasih tahu loe pasti gak akan percaya, dan ini udah malem.
Sebaiknya loe pulang aja deh ! gue dah ngantuk” kata Nasya sambil masuk
rumah dan menutup pintu sambil meninggalkan Dendy.
“ternyata loe udah berubah Sya” guman Dendy
*****************************************************************
Seperti biasa pagi ini Nasya sekolah. Tapi hari ini dia keheranan.
“Feri kemana ya ? padahal kemarin dia ada !” kata Nasya
Sepulang sekolah Nasya langsung pergi ke rumah sakit. Karena hari ini Fasha bilang akan ada kejutan untuk Nasya.
“jadi apa kejutan buat gue ?” kata Nasya setelah sampai di rumah sakit
“nih…” Fasha menyodorkan sebuah kotak kecil kea rah Nasya. “buka deh” sambung Fasha.
Nasya pun membuka kotak itu. Alangkah terkejutnya saat ada suatu benda
di dalamnya. Dan ternyata isi kotak kado itu adalah gant ungan mickey
mouse yang pernah di lempari Fasha ketika beberapa minggu lalu.
“loh kok ada di sini sih ? bukannya loe udah ngelempar ini ke sawah ?” Tanya Nasya heran
“sebenarnya
yang gue lempar itu bukan ghantungan Sya. Tapi, batu kecil gitu.
Tadinya sih gue mau ngerjain loe, eh malah loe benci ma gue !” jawab
Fasha
“gue gak akan benci ma loe Fas. Karena gue gak mau kehilangan loe lagi” kata Nasya sambil memeluk Fasha.
“gue punya satu kejutan lagi buat loe !”
“apa lagi ?”
“gue dapat donor mata. Dan sore ini juga, gue langsung di operasi”
“yang bener loe ?”
“iya…”
*****************************************************************
Dua minggu setelah Fasha di operasi, Fasha sudah dapat melihat kembali indahnya dunia.
“Sya ?” Tanya Fasha
“hm…” Nasya tidak memalingkan mukanya dari komik yang ia baca
“kok loe gak bareng ma Feri lagi sih ?” Tanya Fasha
“justru itu Fas, selama dua minggu ini Feri gak masuk sekolah”
“oh… ya udah besok kita ke rumahnya aja”
“tapi kan loe belom boleh keluar dari rumah sakit !”
“kata siapa belum boleh ? besok gue udah di perbolehkan pulang ma dokter kok !”
“kok loe gak pernah ngasih tahu gue sih ?”
“namanya juga kejutan buat loe !”
“ih dasar loe”
“ha…ha…ha…”
Keesokan harinya sebelum Fasha pulang ke rumah, Nasya dan Fasha pergi
ke rumah Feri dahulu. Dan mereka di sambut oleh tante Gina, mama Feri.
“kalian mau bertemu Feri ya ?” ujar tante Gina
“iya tante, soalnya udah dua minggu ini Feri gak pernah masuk sekolah” kata Nasya.
“sebentar ya !” kata Tante gina dan masuk ke dalam kamar.
Sekitar lima menit menunggu, tante Gina akhirnya keluar kamar juga.
“Ferinya mana tante ?” Tanya Fasha
“kalian ikut tante, kalau mau bertemu Feri !”
“emang mau kemana ?” Tanya Nasya
“udah ikut aja yuk…!”
Setelah Nasya dan Fasha sampai di temapat yang di tunjukkan Tante Gina,
mereka kaget. Kenapa mereka bisa sampai di bawa kesini .
“tante kita itu mau bertemu Feri, bukan mau ziarah” kata Fasha
Tapi tante Gina tidak menjawab. Dia hanya berjongkok di sebuah makam
yang kelihatannya masih baru. Lalu tante Gina menyingkirkan daun kering
yang menutupi batu nisan itu.
“gak mmungkin” kata Nasya lirih
“tante ini pasti bukann Feri kan ?” kata Fasha tidak percaya
“ini Feri, dia meninggal karena penyakitnya kanker otak dua minggu yang lalu”
“tapi kenapa Feri gak pernah bilang ma kita, kalau dia seperti ini ?” kata NAsya sambil menangis.
“dia
sengaja merahasiakan pada kalian berdua. agar kalian berdua tidak
memikirkannya ! dan sebelum meninggal Feri menitipkan surat ini pada
tante untuk kalian berdua”
Fasha segera mengambil surat yang di sodorkan Tante Gina.
Bandund, xx Desember 20xx
Fasha, Nasya. Setelah kalian membaca surat ini pasti gue udah gak ada.
Sory ya, gue pergi gak bilang-bilang. Oh iya Sya, ada satu hal yang gue
mau omongin, yaitu gue cinta ma loe. Tapi setelah gue tahu loe cinta ma
Feri, gue gak mau maksain hal ini. Apalagi setelah loe udah jadian ma
Fasha.
Untuk Fasha, gue mau minta tolong ma loe, tolong
jagain Nasya ya ! Karena itu gue menghadiahkan loe mata gue biar loe
bisa melihat senyuman Nasya yang manis.
Untuk kalian berdua terima kasih ya ! kalian udah pernah hadir dalam hidup gue.
Feri
“jadi tante mata ini yang mendonorkannya Feri ?” kata Fasha
“iya, sebelum meninggal dia memutuskan untuk mendonorkan matanya buat kamu” jawab tante Gina
Nasya dan Fasha hanya bisa manangis dengan semua ini.
*****************************************************************
Satu bulan kemudian Fasha sudah sembuh total. Dan sekarang ini Fasha
dan Nasya sedang melihat bintang di atas genting rumah Fasha.
“kemarin gue lihat bintang ada seratus, sekarang bintangnya ada sembilan pulu delapan” kata Fasha
“loh, emang dua lagi kemana ?” kata Nasya
“dua lagi bintangnya sekarang ada di mata loe Sya !” jawab Fasha sambil tersenyum tulus ke arah Nasya
“ha…ha.. bisa aja loe !” kata Nasya. Lalu Nasya menmyenderkan kepalanya di dada bidang Fasha
“Fasha gue boleh minta sesuatu gak ?” Tanya Nasya
“apa ?”
“loe jangan tinggalin gue ya ! gue gak mau kehilangan loe !”
“pasti Sya, gue gak akan ninggalin loe sampai akhir hayat gue. Dan gue gak akan ninggalin loe sendirian”
“makasih ya…” kata Nasya sambil memeluk Fasha
Fasha hanya mengangguk
‘kak
Iqbal…. Feri…. Disana kalian gak usah khawatir ya ma gue, karena disini
udah ada yang jagain gu kok’ batin Nasya sambil melihat langit yang di
penuhi bintang.
Malam ini bintang sangat bertaburan
banyak. Penuh berkelap-kelip. Seperti hati Nasya dan Fasha. Dua pasangan
ini hanya bisa tersenyum melihat indahnya bintang di malam hari. Dan
angin malam pun menyerpa mereka berdua dengan lembut.
TAMAT